Pages

10/04/12

2. Merlion: awal perjalanan singkat ke tiga negara: bagian kedua

Jam menunjukkan pukul 06.00 waktu singapura. Saya dan indy sudah siap untuk memulai perjalanan yang telah kami rencanakan 3 bulan sebelumnya. Kami menyusuri bandara mencari pintu keluar dan bagian imigrasi. Ketika ingin menanyakan ke bagian informasi, sang petugas informasi sedang sibuk memberikan kereta bayi untuk salah seorang pengunjung. Tidak hanya kereta bayi, tapi juga selimut. Pelayanan publik di bandara ini memang excellence.

Kami melewati bagian imigrasi, sang petugas amat ramah. Beliau langsung menyapa saya dengan bahasa Indonesia.
"Ashry Noviana?"
Saya mengangguk.
Dari mana? ucapnya.
"Jakarta..." Ucap saya.
Sang petugas meminta boarding pass untuk mencatat flight saya. Dan kemudian saya menjelaskan kenapa saya bisa ada di terminal 3. Saya ucapkan jujur, semalam kemalaman dan kami mencari tempat yang ramai. Sang petugas percaya dan pengertian juga tampan. Setelah memastikan beberapa kali kalau barang bawaan saya tidak ada yang tertinggal di bagasi beliau mempersilahkan saya pergi.
Setelah uusan imigrasi selesai, saya dan indy mencari stasiun MRT. Seorang ibu yang sangat baik di bagian informai menunjukkan arah kepada kami.

"You see biru.. biru... then turn right...." Ucapnya sambil memastikan kami memahami ucapannya dengan menunjukkan papan pengumuman berwarna biru.
Kami mengangguk kemudian mengucapkan, "thank you".

Sampailah kami di stasiun MRT. Di sinilah saya mulai melihat wajah singapura. Semua orang berjalan sangat cepat, eskalator berjalan cepat, MRT pun melaju sangat cepat. Berhubung kunjungan saya yang pertama ke negara ini edisi travel, jadi saya belum pernah naik MRT. Dan sama sekali MRT iliterate. Untunglah sahabat saya yang sangat tanggap teknologi ini masih ingat bagaimana cara membeli tiket di MRT. Bahkan dia sempat mengajarkan ke bapak yang berasal dari india untuk membeli tiket di mesin pembelian tiket.

Tadinya kami ingin membeli tiket STP (Singapore Tourist Past). Tapi ternyata loket STP baru dibuka pukul 12 siang. Kami kemudian membeli tiket MRT secara ngeteng. Tujuan pertama kami adalah Esplanaide. Indy dengan sigap mengajari saya bagaimana cara menggunakan mesin pembelian tiket dengan sebelumnya menukarkan uang di loket penukaran uang. Setelah mendapatkan tiket, kami pun menunggu duduk manis  menunggu MRT tiba. Kemudian MRT pun tiba.

Akhirnya kami sampai juga di Esplanaide, dengan sebelumnya sempat nyasar balik lagi ke Changi. Dengan bermodalkan petunjuk arah yang patut diacungi jempol, kami menyusuri jalan mencari Merlion. Sebenarnya agak salah jalan ya kami ke Merlion turun di Esplanaide. Tapi tidak mengapa, hitung-hitung menghirup udara pagi singapura yang masih sepi.

Kami menemukan bangku, kemudian kami memutuskan untuk sarapan di situ. Dengan sedikit ragu, kami membuka bekal kami apakah masih layak dimakan atau tidak. Ternyata alhamdulillah, karena semalam kami seperti tidur di kulkas, makanan kami masih enak dan tidak basi. Terima kasih mama, yang sebelum saya berangkat bersikukuh untuk membelikan ayam goreng untuk saya. Dan kami pun makan dengan lahapnya. Karena semalam kami hanya makan somay yang indy bawa.

Setelah cukup kenyang kami melanjutkan perjalanan mencari Merlion. Berharap agar Merlion masih sepi agar kami bisa puas foto-foto. Belum sampai Merlion, masih disebrangnya, kami melihat Merlion sudah sangat ramai. Akhirnya kami memutuskan untuk duduk-duduk saja.

Setelah tenaga kembali terkumpul, kami melanjutkan perjalanan mendekati Merlion yang masih ramai. Mentari pagi itu cukup menyengat membuat kami tidak nyaman berlama-lama di dekat Merlion. Banyak turis Indonesia juga waktu itu. Indy bilang, "kaya di Bandung aja ya bebs". Saya bilang iya, dan masih memikirkan betapa randomnya kami di antara kerumunan turis pagi itu.

Kami kemudian mencari uncle ice cream yang katanya enak itu. Akhirnya ketemu juga, kami pun membeli. Setelah es krim habis, kami foto-foto, kemudian ke Merlion lagi yang ternyata sudah  agak sepi.

Konon katanya, backpacker yang oke adalah backpacker yang pergi dengan tidak terlalu banyak rombongan. Bahkan solo backpacker. Berhubung saya masih pre basic di dunia perbackpackeran, maka saya belum berani pergi melanglang buana seorang diri. Dan pada backpackeran perdana saya ini, saya pergi dengan Indy. Tapi tidak hanya dengan Indy, tapi dengan Emy. Jadi kami pergi bertiga dengan penerbangan yang berbeda. Saya dengan Indy, dan Emy seorang diri.

Indy mengajak saya memesan tiket di akhir bulan Januari. Mungkin saat itu otak kanan saya sedang dominan. Saya setuju-setuju saja walaupun nggak punya duit, apalagi perginya ke Kuala Lumpur yang saya belum pernah. Indy bilang akan pergi dengan Emy temannya. Saya pun setuju. Saya sudah tau, resiko rencana pergi bertiga, bisa jadi hanya akan pergi berdua, atau mungkin malah sendiri. Waktu itu bismillah saja, sambil terus berdoa semoga Allah mengizinkan rencana trip ini terwujud.

Sambil menunggu Emy tiba, saya dan Indy menghabiskan waktu di daerah itu saja. Merlion dan sekitarnya. Hingga akhirnya kami ketiduran di tepi sungai, di bawah pohon rindang. Ketika bangun, indy memberitahu saya kalau kami harus kembali ke Esplanaide station untuk bertemu dengan Emy. Baiklah, kami pun berjalan kembali ke posisi awal, Esplanaide.

di depan sungai ini kami ketiduran

. *bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar