Pages

11/06/15

penyelamat waktu itu, mba atun namanya

Sudah pasti ya penyelamat yang paling utama adalah Allah SWT, dan mungkin waktu itu mbak Atun menjadi perantara untuk membantu banyak hal selama perjalanan ke Jepang bulan April lalu. Berawal dari nggak sengaja lihat postingan mba Atun tentang Osaka I'm coming di status facebooknya, aku yang emang kalo kepo suka nanya langsung orangnya, hahahaha, enggak deng. Karena mbak Atun menyebut-nyebut Osaka yang mana kota yang menjadi tujuan konferens yang aku dan Koko tujukan juga, apose tujukan. Aku jadi langsung chat sama mbak Atun perihal osaka ini via fb.


Dari perbincangan random ini akhirnya kami menemukan benang merah kalau ternyata kami akan ke conference yang sama. Dan sejak saat itulah mbak Atun menjadi penasihat utama perjalanan ke Jepang aku dan Koko. Sebelumnya, aku masih maju mundur dan nggak tau mau ngurus apa dulu, tapi sejak ada mba Atun jadi tau apa aja dan gimana cara ngurusnya. Oya, aku kenal sama mba Atun karena mba Atun dari kampus yang sama, tapi mba Atun ngambil Phd. Kami pernah ketemu beberapa kali pas lagi acara-acara ngumpul gitu. Pernah sekali ketemu di konser Maher Zein. Termasuk jarang ketemu juga tapi Alhamdulillah banget mba Atun orang yang sangat ramah banget dan tulus ikhlas bantuin kita, semoga Allah membalas berlipat-lipat kebaikan mba Atun amiiiiiiin.


Waktu itu sebulan sebelum keberangkatan, mbak Atun udah siap semua tinggal packing, membuat list mau pakai baju apa dan mau jalan kemana aja, sedangkan aku sama Koko belom ngurus apa-apa dong, okesip. Jadi mulai deh kami urus satu persatu perihal perizinan dan segala macamnya, towewewewew. hahahahah






Oke, cerita di skip sampai akhirnya aku sama koko siap berangkat dan sudah di bandara pagi-pagi jam setengah 4 dan bandaranya belum dibuka. Sambil kedinginan aku coba menghubungi mbak Atun yang udah di Osaka sana. Mba atun menanyakan gimana nasib akomodasi kita yang belum jelas. Karena keberangkatan kita ditunda dua hari dikarenakan passpor yang sempat dikabarkan hilang. Seperti yang aku ceritakan di postingan pancake sore itu .
 Mba Atun baik baik banget, dia super duper care dengan nasib kita. Kami pun terus berkomunikasi dengan waktu yang terbatas itu sambil nunggu pintu bandara dibuka. Dan karena mba Atun adalah orang yang lebih ke oral, daripada visual (kata mba Atun sendiri), kami pun mencoba berbagai perangkat aplikasi web 2.0 untuk saling berbicara. Akhirnya ditemukan Skype yang paling lancar suaranya. Dan aku pun jadi mikir aku orang yang oral apa visual apa text, ahahahha gatau ah *akhirnya pintu bandara pun di buka dan kita bisa check in*.




Setelah menelpon mbak Atun, mba atun bilang akan mencoba menghubungi hotel backpacker yang sudah kami booking melalui hotel tempat ia stay untuk menanyakan apakah kamar kami masih di keep atau udah dikasih orang. Karena kami bookingnya lewat web travel gitu, dan di sana ga ada no.telpon hotel dan email yang tertera kami jadi ga bisa menghubungi pihak hotel. Pilihan yang paling random adalah pindah ke hotel lain atau tetap datang ke hotel tersebut dan gambling aja siap-siap kalau ternyata kamar kita udah nggak available lagi. Mbak Atun menyiapkan plan A, B sampai Z untuk memastikan bahwa kami akan mendapat kamar begitu sampai Osaka. Dan karena waktu itu udah mau boarding, jadi komunikasi baru sampai situ saja.




*perjalanan Adelaide-Cairns-Osaka lama banget dari tidur, bangun, ke toilet, selfie2 pake laptop, ngedit power point dan makan banyak tentunya ahahahahha*




Akhirnya kira-kira pukul setengah 9 malam kita sampai juga di Osaka. Untungnya mba Atun udah ngasih kabar kalau kamar kita masih di keep, Huaaah alhamdulillah. Jadinya kita bisa langsung ke hotel tersebut dengan tenang tanpa was-was. Setelah makan malam di salah satu resto di airport, kami pun menuju Sakai Guest House dengan kereta. Oh, Japan, Finally!!!






 cerita berikutnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar