Pages

05/04/16

akhirnya Jepang, untuk pertama kalinya

Sebagai anak yang tumbuh besar dengan banyak pengaruh komik-komik, kartun-kartun, dan drama dari Negeri Sakura itu, mengujungi Jepang merupakan salah satu cita-citaku sejak kecil. Mungkin dulu aku belum mengenal Australia, Eropa atau bahkan Afrika, tapi aku sudah sangat (merasa sok) akrab dengan Jepang. Tapi aku juga bukan anak yang tergila-gila seperti beberapa temanku yang lain. Yang sampai membawa bekal makanan ala orang Jepang, rajin mengunjungi festival Jepang, berdandan ala band Jepang atau bahkan mengambil kursus bahasa atau kuliah sastra Jepang.  Aku hanya pengagum yang sederhana (apalah).

Pertama kali menginjakkan kaki di Jepang, yang aku pikirkan, kalau semua yang aku lihat di film-film sama. Bahagia sekali rasanya akhirnya bisa melihat negeri yang aku sering bayangkan di waktu kecil secara nyata. Tidur di balik selimut tebal seperti milik doraemon. Berjalan melihat orang lalu lalang dengan sepeda. Melihat segerombolan anak berseragam menuju sekolah. Percis seperti di film-film. hahaha. no rak yak.

Jepang menurutku negara yang sangat maju dan juga kaya dengan kebudayaannya, jadi seperti seimbang. Orang-orang yang super ramah, sejauh itu sih yang aku temui orang-orang ramah, alhamdulillah. Selain itu aku juga merasakan kebudayaan Asia yang sudah lama nggak aku rasain. Hampir setahun tinggal di negara berkebudayaan barat, membuatku lama nggak ngerasain yang asia-asia. Terdengar lebay yes, but it's true. Pertama kali mencoba masakannya, sepertinya lidah langsung familiar dengan rasa masakan seperti itu. Spicy dan rempahnya terasa. Seperti itulah makanan-makanan Asia yang aku rindukan. Walaupun aku suka masak dan makan makanan di Asian resto, tapi tetep aja beda. Selain itu, toilet yang ada airnya, ahaaaa. Merasakan kemudahan setelah sekian abad, ga perlu repot-repot bawa botol untuk mengisi air atau tisu basah. Kemudahan kecil itu terasa begitu nikmat, hahaha. 


Begitu tiba di airport kami langsung menyewa modem. Aku bukan pencatat yang baik tentang printilan selama travelling. Aku lupa berapa biayanya. Tujuan berikutnya adalah naik kereta menuju Sakai, tempat kami menginap. 

Sekitar jam setengah sebelas malam jalanan di Jepang masih lumayan ramai. Nggak ramai-ramai banget seperti di Jakarta, tapi juga tidak sepi senyap seperti di Adelaide. Beberapa orang lalu lalang dengan sepedanya. Bar-bar di sudut jalan juga ramai dengan orang-orang pulang kerja. Ah, I love it. 

Kami mengetuk pintu hostel yang sudah kami pesan itu. Sang penjaga seperti baru bangun tidur dan dengan ramah mempersilahkan kami masuk. Ia membantuku mengangkat koper ke lantai dua tempat kamar kami. Penginapan yang kecil, rapi dan nuansa Jepangnya masih dapet banget. Bersih banget sudah pasti. 

Aku langsung tidur karena besok kami harus ke tempat conference pagi-pagi. Ya, kami ke sana untuk conference. Sekalian liburan tentunya!


*to be continued

Cerita Sebelumnya


Depok, 5/4/2016
Dalam rangka mengenang perjalanan setahun yang lalu


Tidak ada komentar:

Posting Komentar